Oleh : M.Amin Djamaluddin.
Sekitar tahun 1973-1975, penulis aktif di organisasi Pemuda Persatuan Islam Daerah Jakarta Raya (sekarang wilayah DKI Jakarta) dan menjabat menjadi Sekretaris Umum. Selama menjadi pengurus Pemuda Persis, aktif juga melakukan kegiatan dakwah termasuk melibatkan diri dalam kegiatan politik (mengikuti perkembangan politik) terutama sekali politik yang berkaiatan dengan pembuatan Undang-Undang yang sangat merugikan Islam; dan selalu berinduk/berkoordinasi dengan Menteng Raya 58 sebagai markas GPI yang pada saat itu Ketua Umumnya adalah Abdul Qadir Djaelani.
Setiap ada demontrasi menentang RUU (Rancangan Undang-Undang) yang berpotensi merugikan Islam, pasti akan ikut terlibat, sehingga penulis dan teman-teman pernah membubarkan anggota DPR RI di Senayan yang sedang membahas Rancangan Undang-Undang Perkawinan (R.U.U.P). RUU tersebut sangat menghebohkan umat Islam Indonesia di masa itu, karena beberapa materinya sangat bertentangan dengan ajaran Islam.
Setiap ada demontrasi menentang RUU (Rancangan Undang-Undang) yang berpotensi merugikan Islam, pasti akan ikut terlibat, sehingga penulis dan teman-teman pernah membubarkan anggota DPR RI di Senayan yang sedang membahas Rancangan Undang-Undang Perkawinan (R.U.U.P). RUU tersebut sangat menghebohkan umat Islam Indonesia di masa itu, karena beberapa materinya sangat bertentangan dengan ajaran Islam.
Di bawah koordinasi Abdul Qadir Djaelani sebagai Ketua Umum GPI pada masa itu, alhamdulillah para pemuda Islam dari segala unsur berhasil masuk memenuhi balkon Ruang Sidang Utama DPR RI untuk mendengarkan jawaban Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Agama RI. Prof. Mukti Ali. Malamnya, tokoh-tokoh pemuda Islam mengadakan rapat koordinasi di suatu tempat di Jakarta yang memutuskan bahwa; “Kalau jawaban dari menteri Agama besok di DPR RI dimusyawarahkan, maka kita serentak meneriakan MENOLAK RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERKAWINAN, sebab keputusan/tuntutan dari umat Islam MENOLAK bukan MEMUSYAWARAHKAN. Karena jika dimusyawarahkan, maka pasti umat Islam kalah, mengingat anggota DPR RI saat itu dikuasai oleh Golkar yang dikendalikan oleh ibu Tien Soeharto yang sangat memaksakan agar rancangan undang –undang perkawinan yang bertentangan dengan Islam tersebut disahkan oleh Pemerintah.”
Rancangan Undangan-Undang Perkawinan sekuler tersebut berubah (tidak bertentangan dengan Islam) setelah pada tanggal 30 September para Pemuda Islam menguasai dan mengusir para anggota DPR RI yang sedang mendengarkan jawaban Pemerintah. Pada saat itu Ketua DPR/MPR RI Bapak Idham Khalid yang sedang memimpin sidang dan Menteri Agama RI yang sedang memberikan jawaban Pemerintah terhadap rancangan undang-undang perkawinan tersebut. Karena aksi Pemuda Islam inilah, kursi anggota DPR menjadi kosong karena mereka ketakutan dan lari terbirit-birit. Ketua DPR/MPR Bapak Idham Khalid juga lari menyelamatkan diri dan menteri Agama RI pun meninggalkan podiumnya. Akhirnya, semua kursi anggota DPR, kursi ketua DPR, dan podium tempat pidato dikuasai seluruhnya oleh para pemuda Islam. Lalu penulis pada waktu itu naik ke atas podium bekas tempat pidato Menteri Agama, dengan mengangkat SPANDUK bertuliskan “ALLAHU AKBAR” yang memang sudah disiapkan sebelumnya. (lihat buku 30 Tahun Indonesia Merdeka 1965-1973, hal. 263-264, cet. Ketujuh, Tahun 1986).
Kembali kepada judul tulisan di atas, SIKAP M. NATSIR TERHADAP ALIRAN SESAT; dalam berdakwah beliau Allahu yarham selalu menyampaikan istilah yang sangat terkenal di kalangan Dewan Dakwah yaitu kata BINAAN WADIFA’AN, artinya membina dan mempertahankan. Dua pekerjaan ini harus sekaligus dilakukan oleh para Da’i,Mubaligh dan umat.
Membina yaitu melakukan dakwah dalam rangka pembinaan umat agar tetap berada di jalan Islam yang sebenarnya yaitu berlandaskan Al Qur’an dan Al Hadits. Mempertahankan yaitu mempertahankan Islam dari rongrongan aliran sesat dalam berbagai bentuk dan manifestasinya. Mempertahankan Islam baik dari musuh yang datang dari dalam maupun musuh yang datang dari luar. Musuh dari dalam ini yang sangat sulit untuk diprediksi, bak “musang berbulu ayam, harimau bermantel bulu domba”, mereka sangat berbahaya sekali. Adapun musuh dari luar mudah untuk diketahui.
Ada cerita terbatas dari tema-teman lama di Dewan Dakwah bahwa penulis (M.Amin Djamaluddin) adalah anak “pungut” pak. Natsir. Mengapa disebut anak pungut? Penulis disebut anak pungut karena penulis tidak pernah dikirim lebih dahulu oleh M. Natsir untuk belajar di Timur Tengah, seperti kebanyakan kader-kader beliau yang lainnya. Lalu, bagaimana ceritanya bisa “dipungut” ketemu gede? Singkat ceritanya sbb.:
Pada awal tahun 80-an, di IAIN Syarif Hidayatullah Ciputat, Jakarta (sekarang UIN), Rektornya dengan didukung oleh Menteri Agama RI, KH. Munawwir Sadzali, MA mulai menggalakkan pembaharuan Islam di Kampus.
Menjelang Dies Natalis IAIN Ciputat yang ke 26, Prof. DR. Harun Nasution berpidato dengan judul: “ULAMA KURANG KUASAI ILMU-ILMU DUNIA, PEMBAHARUAN ISLAM PERLU INTERPRETASI MENDASAR” (lihatHarian Umum Pelita, Rabu, 3 Agustus 1983)
Menteri Agama KH. Munawwir Sadzali, MA dalam DIES NATALIS IAIN Jakarta tersebut memberikan sambutan dengan judul “UMMAT ISLAM HARUS JADI PEMIKIR DAN BERANI BERTANGGUNG JAWAB.” (lihat Harian Umum Pelita, Rabu, 10 Agustus 1983)
Pembaruan Islam yang digalakkan di IAIN Ciputat saat itu adalah antara lain penggalakan mempelajari mata kuliah falsafah (filsafat) dan tasawuf.
Begitu mengetahui bahwa pembaharuan Islam di IAIN Ciputat tersebut adalah penggalakan mata kuliah falsafah, seakan-akan pikiran penulis berontak karena teringat betul peringatan dari ibnu Shalah (teman kental ibnu Taimiyyah) yang mengingatkan umat Islam akan bahaya mempelajari falsafah dengan sebuah peringatan sbb.:
“Falsafah adalah pokok kebodohan dan penyelewengan bahkan kebingungan dan kesesatan. Siapa yang berfalsafah maka butalah hatinya dari kebaikan-kebaikan syari’ah yang suci yang dikuatkan dengan dalil-dalil yang jelas. Barang siapa yang mempelajarinya, maka bertemankan kehinaan, tertutup dari kebenaran dan terbujuk oleh setan. Apakah ada ilmu lain yang lebih hina dari pada ilmu yang membutakan orang yang memilikinya dan menggelapkan hatinya dari sinar kenabian kita?”
Peringatan dari Ibnu Shalah ini mengiang-ngiang di hati dan pikiran penulis. Resah dan gelisah memikirkan generasi muda Islam di masa depan. Falsafah sama dengan musibah dalam agama Islam menurut pemikiran penulis. Maka Penulis menunggu tulisan dari Prof. DR. H. M. Rasyidi yang biasanya selalu tanggap terhadap pemikiran, gagasan, serta tulisan Harun Nasution yang menyimpang.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, penulis tetap menunggu tanggapan dari Bapak Prof. Dr. M. Rasyidi tapi tidak juga muncul di koran-koran dan majalah. Resah dan gelisah selalu bergolak di hati Penulis memikirkan penggalakkan mata kuliah falsafah di IAIN Ciputat.
Karena keresahan dan kegelisahan penulis memikirkan generasi muda Islam di masa depan tersebut, akhirnya penulis bertekad akan menanggapi gagasan Rektor IAIN Ciputat Prof. DR. Harun Nasutian, dan akan dikirim ke Harian Umum Pelita yang telah memuat gagasan Harun Nasution tsb. Dalam hati, penulis berkata bahwa apabila tanggapannya dimuat oleh redaksi Pelita, syukur Alhamdulillah. Andaipun tidak dimuat, tidak apa-apa. Dalam pikiran penulis, apalah artinya seorang Amin Djamaluddin alumni PGAN 6 tahun 1970 di Bima berhadapan dengan seorang Profesor Doktor alumni barat yang sedang menjabat Rektor IAIN yang sangat bergengsi pada saat itu.
Dengan meminjam mesin ketik dari PERSIS Cab. Senen (karena tidak punya mesin ketik), maka mulailah menulis tanggapan tersebut. Setelah tulisan tersebut rampung (sebanyak 18 halaman) maka dikirimlah ke redaksi Harian Umum Pelita. Ternyata tulisan tersebut dimuat oleh Harian Umum Pelita selama empat hari berturut-turut, yaitu tanggal 18, 19, 20, dan 21 Oktober 1983. Alhamdulillah dan saya bersyukur kepada Allah atas dimuatnya tulisan tersebut.
Mendapat Perhatian Bapak M. Natsir
Sekitar seminggu setelah tulisan tersebut dimuat oleh Pelita, tanpa diduga penulis bertemu dengan Bapak Hardi Arifin di Kramat Raya 45. dan beliau langsung berkata kepada penulis: “Min, dicari Bapak tuh,” katanya. Penulis balik bertanya, “Bapak siapa?” bang Ifin menjawab, Pak Natsir, ayo ikut saya. Dalam hati penulis bertanya-tanya ada apa gerangan Pak Natsir mencari penulis. Lalu Penulis mengikuti Bapak Hardi Arifin ke ruang kerja Pak Natsir di bangunan lama sebelah kiri dari pintu gerbang Kramat Raya 45.Begitu masuk di ruang kerja Pak Natsir, Bapak Hardi Arifin berkata, “Pak, ini Amin Djamaluddin itu.” Begitu diberi tahu, Pak Natsir langsung ke ruang tamu dan duduk berhadapan dengan penulis. Begitu beliau duduk langsung keluar dari mulut beliau kata-kata yang selalu saya ingat sepanjang hayat : “Saya sudah membaca dan meneliti tulisan saudara di Harian Umum Pelita itu. Yang saudara tanggapi itu Prof. DR. Harun Nasution, tokoh orientalis Internasional. Jadi, pekerjaan yang saudara lakukan ini adalah pekerjaan yang bertaraf Internasional. Jarang orang yang mampu berbuat seperti saudara. Saya sangat membutuhkan bantuan saudara. Rumah dan kantor saya terbuka 24 jam untuk saudara.” Pada saat itu penulis merasa bingung, karena seorang tokoh Islam yang bertaraf Internasional seperti Pak Natsir berbicara seperti itu kepada seorang yang lemah, Muhammad Amin Djamaluddin, alumni PGAN Bima yang tidak dikenal orang sama sekali. Setelah pertemuan itu, kemudian penulis bertanya kepada Bapak Hardi Arifin bagaimana ceritanya pak Natsir tahu tentang penulis ? Lalu Bapak Hardi Arifin menjelaskan kepada penulis bahwa setelah Pak Natsir membaca tulisan tersebut, Pak Natsir memerintahkan kepada saya untuk mencari tahu siapa Amin Djamaluddin itu, lahirnya dimana ; sekolahnya dimana; dan organisasinya apa. Dan kalau sudah beristri, istrinya dari mana dan sekolahnya dimana. Pertanyaan Pak Natsir tersebut langsung dijawab oleh Bapak Hardi Arifin bahwa Amin Djamaluddin itu lahirnya di Bima, Sekolahnya tamatan PGAN Bima, dan organisasi serta kegiatannya pimpinan Pemuda Persis Jakarta Raya (wilayah jakarta). Adapun istrinya orang Bogor, alumni Pesantren PERSIS Bangil (padahal istri saya adalah alumni Pesantren Persis Bandung)
Pak Hardi Arifin bisa langsung menjawab karena penulis dan Bang Ifin (panggilan akrabnya) sama-sama alumni Pesantren Pak Domo (istilah khusus bagi kami yang mantan tahanan KOPKAMTIP PUSAT yang Komandannya Pak Soedomo pada waktu itu (tahun 1978).
Sejak membaca tulisan penulis di Harian Umum Pelita dan setelah mengetahui latar belakang penulis dan istri , akhirnya Pak Natsir memberi kepercayaan penuh kepada penulis. Sehingga semua masalah aliran sesat yang berhubungan dengan Pemerintah (Kejaksaan Agung, Kepolisian, Hankam, Depag) diserahkan kepada saya untuk menghadapinya dengan mendatangi kantor-kantor tersebut guna membahas (melarang ) aliran sesat tersebut.
Kesan-Kesan Penulis Pada Pak Natsir Sejak Menjadi Pembantu Beliau Dari Tahun 1983 s/d Beliau Meninggal Dunia.
Beliau mempunyai pesan khusus untuk senantisa mewaspadai pemikiran DR. Harun Nasution dan Prof. Dr. Nurcholish Madjid.Tentang Liberalisme, Sekurisme, dan Pluralisme.
Di awal tahun 1986-1987 yayasan Paramadina yg dipimpin oleh DR.Noer cholis madjid mengadakan pengajian bulanan Paramadina di Pasar Sarinah jaya Blok M. Jakarta selatan. Pengajian ini sangat elit karena dihadiri oleh para pejabat Tinggi Negara R.I. Saat itu karcis masuknya baru Rp.7.500(tujuh ribu lima ratus rupiah).
Begitu mengetahui adanya pengajian bulanan Paramadina tsb.langsung pak Natsir memerintahkan pada pak Abd.Hafidz dan penulis secara bergantian untuk mengikuti pengajian,.dengan merekam seluruh materi pengajian.
Dan kalau ada yang menjadi masalah (menyimpang) di laporkan kepada pak Natsir. Seperti kasus iblis masuk syurga karena tauhidnya sangat tinggi karena iblis tidak mau sujud kepada Adam tatkala Allah swt memerintahkan sujud kepadanya. Malamnya pengajian, pagi sudah di laporkan kepada pak Natsir. Begitu mendapat laporan dari pak Hafidz, langsung pak Natsir memerintahkan kepada Tim Ghazrul fikri Dewan Dakwah untuk meneliti mengkaji materi penggajian yang menyimpang tsb kemudian menjawabnya
Maka keluarlah jawaban dari Tim Ghazrul fikri berupa brosur berjudul "Siapa ibnu Arabi?" Tanggapan atas Pernyataan DR. Noer Cholis Madjid.Brosur Tanggapan tsb di cetak banyak dan di kirim kepada hampir semua kampus Perguruan Tinggi Agama Islam pada saat itu. Sehingga hampir semua kampus Perguruan Tinggi Agama Islam yang didatangi oleh DR. Noer Cholis Madjid, selalu mendapat pertanyaan dari mahasiswa tentang iblis masuk syurga tsb.seperti yang dijelaskan dalam brosur. .Karena banyaknya mahasiswa yang bertanya, akhirnya DR. Noer Cholis Madjid membuat parnyataan berupa wawancara dalam majalah Panji Masyarakat No.539 hal.11 mei 1987,dengan judul: DR. Noer Cholis Madjid, itu pendapat Ibnu Arabi bukan pendapat Saya.
DR.Noer Cholis Madjid membela diri dalam Panji Masyarakat tsb.Kemudianjawaban dari DR. Noer Cholis Madjid itu. kami jawab pula dalam majalah Panji Masyarakat No.541 dengan judul: Tentang ibnu Arabi, Catatan untuk Noer Cholis Madjid.(Majalah tersebut ada pada penulis).
I. Menghadapi Aliran Sesat Ingkar Sunnah.
Sekitar tahun 1980an muncul di Indonesia Aliran sesat yang tidak mempercayai semua hadist Rasulullah saw.(Aliran ingkar sunnah) yang di pimpin oleh Irham Sutanto pegawai PT. Unilever indonesia dan dibantu oleh Drs.Dadang Sationugroho ketua serikat buruh unilever.
Kelompok aliran sesat ingkar Sunnah ini sudah menguasai beberapa masjid di jakarta, seperti masjid di Rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta (RSCM). Masjid Al-Burhan Pasar Rumput, masjid Al-Ghuraba Rawamangun, masjid Nurul Jami' Rawamangun, Masjid Al-Huda Pedurenan Kunigan Jakarta dll.
Memperhatikan perkembangan aliran sesat ingkar Sunnah ini yang luar biasa karena didukung sepenuhnya oleh sdr. Lukman Saad direktur PT. Ghalia Indonesia, maka penulis membentuk sebuah organisasi: KOORDINATOR PEMBERANTASAN ALIRAN SESAT INGKAR SUNNAH INDONESIA beralamat di Masjid Al-Ihsan Proyek Pasar Rumput Jakarta Selatan.
Dengan wadah organisasi ini, kita adakan koordinasi memberantas aliran sesat Ingkar Sunnah yang telah meresahkan masyarakat dengan adanya pengajian sesat ini dan lebih-lebih kelompok aliran sesat ini sudah berani secara terbuka memfonis bahwa Imam Buchari tokoh ahli hadist itu adalah orang komonis dari negara Rusia yang pura-pura masuk Islam untuk membikin hadist yang sebanyak-banyaknya untuk merusak Islam dari dalam. Mereka menuduh Imam Buchori itu komonis, karena berasal dari Buchara (Uni Soviet) yang komunis. Mereka tidak tahu kapan imam Buchari lahir,dan kapan Buchara itu di kuasai komunis. Dengan keluarnya tuduhan tsb,maka ada alasan bagi kita menangkap guru- guru ingkar Sunnah yang sedang mengadakan pengajian. Seperti H. Sanwani Pasar Rumput. Marinustaka (Indo Jerman) di Tanjung Priok dll. sebagaimana yang dimuat oleh koran- koran dan majalah pada saat itu.
Kliping koran- koran di majalah tersebut dikumpulkan untuk menjadi Lampiran surat permohonan pada kejaksaan Agung R.I. bahwa ada pengajian sesat ingkar sunnah yang berkembang di masyarakat yang sangat meresahkan masyarakat. Pengajian sesat itu kita minta kepada Kejaksaan Agung RI. untuk di larang di seluruh indonesia, Dan juga dalam permintaan pelarangan tsb kita telah meminta prnyataan dukungan dari Ormas Ormas Islam dan pengurus pengurus masjid serta majlis majlis ta'lim diseluruh DKI untuk pelarangan terhadap Aliran sesat ingkar sunnah.
Bahwa dengan kemampuan penulis mengkoodinir ormas-ormas Islam, majlis-majlis taklim dan pengurus masjid DKI, sehingga pak Natsir waktu berbicara di kantornya di Kramat Raya 45 penulis mengatakan kepada beliau saya hanya modal keberanian saja menghadapi aliran sesat Inkar sunnah ini, tapi langsung dijawab oleh beliau: bukan sekedar modal keberanian saja yang saudara miliki tapi saudara mampu untuk memimpin sampai Dewan Dakwah dan Ikatan Masjid Indonesia yang saat itu dipimpin oleh K.H Abdullah Salim di bawah koordinasi saudara dalam memberantas aliran sesat Inkarussunnah itu.
Alhamdulillah dengan kekompakan tsb.maka Kejaksaan Agung R.I melarang Aliran sesat ingkar sunnah di seluruh indonesia dengan Sk nya No:Kep169/2A/9/1983.
Setelah faham sesat ingkar sunnah di larang kejaksaan Agung di seluruh Indonesia ,. rupanya kelompok orang orang sesat ingkar Sunnah memproduksi puluhan ribu kaset- kaset sesat ingkar Sunnah dengan kemasan yang sangat bagus pada saat itu yang merupakan sebuah tas mungil yang berisi 20(dua puluh) kaset rekaman yang menyebarkan faham–sesat ingkar sunnah.
Kaset kaset sesat tsb diproduksi oleh PT.Gholia Indonesia Rekording jalan Pramuka Jakarta Timur.Kaset-kaset tsb. adalah hasil dari bacaan buku-buku ingkar Sunnah karangan Nazwar Syamsu penerbit PT Ghalia Indonesia dan mendapat rekomendasi dari Direktur Penerangan Agama Islam depag RI. Drs Efendi Zarkasih No. / ND/314/1983.
Kami meminta kepada Direktur Penerangan Agama Islam Depag RI. Agar mencabut kembali rekomendasi tersebut melalui koran-koran dan akhirnya dicabut dan pernyataan permintaan pencabutan rekomendasi kaset sesat tsb kami siarkan dalam Harian Terbit Minggu dengan berita yang cukup besar sehingga membikin geger Departemen Agama RI. Kemudian rekomendasi tersebut dicabut.
Setelah kita meneliti kaset kaset sesat ingkar Sunnah tsb.maka Koordinator Pemberantasan Aliran Sesat Ingkar Sunnah Indonesia.mengirim surat serta delegasi ke Kejaksaan Agung R.I meminta agar kaset sesat ingkar sunnah yang beredar dilarang diseluruh Indonesia.
Alhamdulillah, berdasarkan SK Jaksa Agung RI nomor : -Kep-059/J.A/3/ 1984, maka kaset-kaset sesat tersebut dilarang diseluruh wilayah hukum Negara Republik Indonesia.-
MEMPERJUANGKAN PELARANGAN BUKU-BUKU YANG BERISI SESAT INGKAR SUNNAH.
Setelah kaset-kaset itu dilarang, maka buku-buku ingkar Sunnah yang menjadi sumber kaset-kaset tersebut menjadi sasaran tembak untuk dilarang. Kami membeli buku-buku sesat tersebut untuk dibaca, diteliti. Seluruh materi buku-buku yang 13 judul yang menyimpang itu kita resume semuanya sehingga sudah merupakan sebuah buku ( data ) yang lengkap untuk menjadi bahan pertimbangan bagi Kejaksaan Agung RI . agar bisa melarang buku-buku sesat tersebut.
Beberapa tantangan waktu meminta melarang buku-buku sesat ingkar Sunnah karangan Nazwar Syamsu di Kejaksaan Agung RI . Dan Depag RI.
1. Sikap dari Kepala Biro Hukum dan Humas Depag RI .
Begitu penulis sampaikan buku –buku sesat itu kepada Kepala Biro Hukum dan Humas Depag RI bapak Djatiwiyono SH, beliau langsung katakan kepada penulis :" Buku-buku yang sebagus ini dibilang sesat " ?
Memang pak Djati belum membaca buku buku-buku tersebut, hanya baru melihat kavernya yang serba lux dan mengkilat itu.Tetapi setelah terjadi dialog dengan penulis akhirnya pak Djati mengakui dan memahami bahwa buku-buku tersebut berisi ajaran inkar Sunnah serta sesat menyesatkan, dan buku-buku yang penulis berikan, beliau terima untuk diserahkan kepada bagian Lektur Balitbang Depag RI. guna diteliti, dan juga hasil penelitian dari Balitbang Depag RI . membenarkan bahwa buku buku-buku tersebut berisi ajaran ingkar Sunnah serta sesat menyesatkan.
2. Datang utusan dari penerbit PT. Ghalia Indonesia sdr. Adria Zamoro ke rumah penulis dengan membawa Koran Harian Terbit yang memuat permintaan untuk melarang buku-buku Inkarussunnah tersebut. Begitu utusan itu duduk dirumah, langsung dia katakan : Hancur ghalia, hancur Ghalia, hancur ghalia., kemudian meminta berdamai dan meminta penulis bersedia mencabut kembali surat permintaan pelarangan buku-buku penerbit Ghalia Indonesia yang ditujukan kepada Jaksa Agung RI dan Menteri Agama RI . . Karena dia katakan demikian langsung penulis mengambil salah satu dari buku-buku itu yang berjudul : Tauhid dan Logika Manusia dan Ekonomi,yang isinya antara lain menuduh bahwa Umar bin Khattab mati terbunuh karena merampas Mesir dari bani Israil dan Mesir itu adalah milik Bani Israil di rampas oleh Umar bin Khattab secara tidak adil,
Dan penulis tegaskan pada sdr. Adria Zamora bahwa saudara Lukman Saad dan PT.Ghalia Indonesia adalah kaki tangan Yahudi untuk Indonesia untuk kepentingan yahudi dan Bani Israil. Akhirnya sdr. Adria Zamora berbicara ramah pada penulis dan meminta penulis untuk menemui direktur PT.Ghalia Indonesia untuk berdamai dengan syarat, surat Koordinator Pemberantasan Aliran Sesat Ingkar Sunnah yang ditujukan kepada Jaksa Agung R.I, menteri agama R.I yang meminta melarang buku buku ingkar sunnah penerbit P.T Ghalia Indonesia dicabut kembali dan pihak Ghalia mau berdamai dengan memberikan imbalan kepada pihak koordinator pemberantasan Aliran sesat ingkar sunnah Indonesia. Kata sdr. Adria Zamora daripada buku buku tersebut dilarang untuk selamanya, lebih baik kita berdamai saja.
Mengenai tawaran tersebut penulis menjawab dengan surat resmi secara tertulis, Kami tidak akan berdamai dalam urusan ini karena masalah ini adalah masalah aqiedah. Dan lebih menegaskan lagi bahwa direktur P.T Ghalia Lukman saad (lukman hakim) adalah kaki tangan yahudi untuk menghancurkan Islam di Indonesia. Surat tersebut dibawa langsung oleh (alm) sdr. Sudirman said kepada Direktur P.T Ghalia Indonesia dan setelah dia membaca surat kami tsb Sdr. Lukman saad diam saja.
Walaupun kami sudah mengirimkan surat resin penolakan untuk berdamai ,rupanya Sdr. Adria Zamora masih tidak kapok juga dan masih datang menemui penulis di masjid Al-furqan Kramat Raya 45 dan langsung penulis menjawab: sudah saya jelaskan baik dengan lisan maupun dengan surat resmi masih juga datang membujuk dan merayu, ayo kita berantam saja di halaman masjid ini .Memperhatikan sikap penulis yang cukup keras tsb akhirnya dia balik/pulang.
Dengan tidak saya duga, tahu-tahu penulis mendapat surat panggilan dari Komandan Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban Daerah Jakarta dan sekitarnya (Laksus pangkom kamtib satgas intel jaya),tertanggal 30 April 1985 memanggil penulis sebagai Ketua Koordinator Pemberantasan Aliran Sesat Ingkar Sunnah untuk menghadap komandan Laksusda jaya.
Penulis datang ke Laksus memenuhi panggilan tsb, dan ternyata penulis di panggil Laksus karena adanya laporan dari Sdr. Nunung Nurul Ihsan, Sdr. Umar Khatib dan sdr. Lukman Saad kepada pihak Laksusda Jaya karena menurut pihak pelapor, penulis sering memimpin penangkapan terhadap orang-orang yang sedang mengadakan pengajian Al-Qur'an. padahal yang mereka lakukan adalah pengajian ingkar Sunnah.
Sewaktu diperiksa di Laksusda jaya, penulis menjelaskan tentang faham ingkar sunnah yang tidak percaya pada semua hadist nabi Muhammad saw. Dan mereka beramal hanya mengikuti Al-Quran saja. Sebagai contoh seperti mengurus jenazah karena tidak ada keterangan dalam Al-Quran bagaimana cara mengurus jenazah, maka mereka mengatakan : Allah tidak akan salah memasukkan orang di syurga maupun neraka, kalau orang itu kafir biar pun di mandikan, di kafankan,di shalatkan dan di kuburkan dengan cara baik, maka Allah tidak akan salah memasukkan orang itu di neraka, sebaliknya kalau orang itu beriman, biarpun tidak dimandikan, tidak dikafankan, tidak di shalatkan dan tidak dikuburkan dan dibuang ke laut di makan ikan, maka Allah tidak salah tetap memasukanya dalam syurga. Maksudnya orang orang ingkar Sunnah karena memandikan, mengkafankan, menshalatkan orang yang meninggal itu tidak ada dalilnya dalam Al-Quran tidak usah dilaksanakan, sebab kalau orang beriman tetap akan masuk syurga, dan kalau orang itu kafir tetap saja masuk neraka,biarpun di mandikan, dikafankan dishalatkan.
Mendengarkan penjelasan tersebut, pemeriksa sangat kaget dan saya dibawa ke komandannya untuk menjelaskan masalah faham ingkar sunnah tsb di hadapan komandannya, komandannya lebih kaget lagi mendengar penjelasan penulis, ini bahaya, ini bahaya, ini bahaya. Masyarakat bisa perang saudara kalau begini ajarannya, kata Kol.Sampurna komandan satgas milik Laksusda jaya, kebetulan orang Banten yang fanatik Islamnya.
Dan di hadapan saya, langsung telepon bawahannya dengan perintah, Tangkap L.H (Lukman Hakim ,pen) dan dibawa ke laksusda jaya.
Dan pemeriksa juga menanyakan akte notaris Koordinator pemberantasan aliran sesat ingkar sunnah Indonesia , Penulis menjawab: tidak ada pak, hanya bermodalkan kop surat dan stempel saja. Saya tidak punya uang untuk membuat Akte notaris.
Setelah selesai urusan dengan pihak Laksusda jaya , baru penulis laporkan kepada pak Natsir, bahwa saya selesai di panggil oleh Laksusda jaya dan Laksusda jaya menanyakan Akte notaris Koordinator pemberantsan aliran sesat ingkar sunnah dan saya jawab tidak ada.
Mendengar laporan penulis tsb, pak Natsir langsung perintahkan kepada saya: buatlah akte notarisnya, dan tanyakan pada notaris berapa biaya pembuatan akte notaris itu dan nanti uangnya minta pada saya. kata pak Natsir.
Setelah penulis Tanya pada pihak notaris ternyata biaya pembuatan akte notaries itu sebesar Rp.75.000.-( tujuh puluh limaribu rupiah) dan penulis laporkan kepada pak Natsir. Begitu penulis melapor , lalu pak Natsir bikin memo pada pak Yunan Nasution: Pak Yunan, tolong berikan pada Sdr. Amin Djamaluddin ini uang Rp.75.000.-(tujuh puluh lima ribu rupiah) untuk membikin akte notaris.Koordinator Pemberantasan Aliran Sesat Ingkar Sunnah dan pak Yunan langsung memberikan uang tsb kepada penulis. Kemudian kami membikin Akte Notaris dengan nama YAYASAN PEMBELA KEMURNIAN AL QUR'AN DAN AS-SUNNAH Akte Notaris Ali Harsoyo SH tgl 2 Maret 1985, registrasi Pengadilan Negeri Jakarta Selatan no.54, tgl 10 April 1985. Dan penelitian dan pengkajian adalah bagian dari yayasan tsb. Dan inilah awal sejarah lahirnya LPPI ini dari uang Rp.75.000.- tsb, dan sekarang Alhamdulillah sudah berkembang dan sudah mempunyai gedung kantor sendiri berlantai 4 (empat )di Jln.Tambak No.20 B Pegangsaan Jakarta Pusat. Dan Alhamdulillah pula, LPPI sudah sangat dikenal ummat bukan saja di Indonesia tetapi di Arab Saudi, Pakistan ,Inggris , Malaysia , Kuwait ,dll, dan buku-buku penerbitan LPPI sangat dipercaya ummat tentang kredibilitasnya.
3. Sdr. Nunung Nurul Ihsan dengan suratnya tgl 13April 1985 mengirim surat kepada pak Natsir.
Judul: Kepada yth Bapak Muhammad Natsir
Sesepuh keluarga besar Bulan Bintang di Jakarta.
Prihal: Mohon kesedian Bapak untuk mengurangi intensitas fitnah yang di lansir oleh Sdr. Amin Djamaluddin es.
Nunung.N.I. Ketua Umum PP BPMI (Badan Pembangunan Muslimin Indonesia ) dan juga Ketua Umum PP BPMA (Badan Pembina Masjid Aqsa).Surat Sdr. Nunung tersebut panjangnya 10 (sepuluh) halaman.
Dalam suratnya tersebut Sdr. Nunung Nurul Ihsan menceritakan kedekatannya dengan pak Natsir. Sebagai penasihat PP BPMI dan PP BPMA yang mana dua organisasi ini penasihatnya pak Natsir.
Sdr. Nunung Nurul Ihsan ini sudah bersatu dengan kelompok ingkar Sunnah da menjadi kaki tangan orang-orang ingkar Sunnah.Tapi suratnya Sdr. Nunung Nurul Ihsan. tidak di tanggapi oleh pak Natsir bahkan membacapun tidak mau, karena pak Natsir sudah mengetahui tindak-tanduknya Sdr. Nunung Nurul Ihsan. Yang rela menjual aqiedah demi uang kepada tokoh Inkarussunnah sdr. Lukman Saad, Direktur PT. Ghalia Indonesia .
4. Pengurus masjid Al-Ghuraba Rawamangun juga datang kepada pak Natsir meminta tolong seperti yang di inginkan oleh sdr. Nunung Nurul Ihsan, tetapi pak Natsir menjawab kepada mereka: panggil saja langsung Sdr. Amin Djamaludin untuk membicarakan dan menyelesaikan masalah ingkar sunnah itu.
5. Ada suatu peristiwa yang lucu selama penulis memberantas aliran sesat ingkar sunnah. Sewaktu penulis duduk dan bicara berdua dengan pak Natsir di kantornya jl. Cikini Raya stafnya pak Natsir masuk dan memberitahukan pak:Ada tamu dari Bandung pak. Pak Natsir menjawab: Suruh masuk. Sang tamu pun masuk. Begitu masuk sang tamu itu bersalaman dan langsung jongkoh-jongkoh pada pak Natsir. pak, saya tidak ingkar sunnah. Pak, saya tidak ingkar sunnah. Pak, saya tidak ingkar sunnah. Nunung Nurul Ihsan yang mengajak saya, ngaji di rumah Lukman saat pimpinan ingkar sunnah itu. Lantas penulis bertanya pada tamu tsb: maaf pak, bapak siapa?, saya Dahlan Lukman. Penulis jawab: saya Amin Djamaluddin yang kirim surat edaran itu pak. Sang tamu itu mengatakan lagi: Kalau begitu kita sama-sama orang pak Natsir. jadi kita sama-sama orang pak Natsir, juga katanya. Kemudian pak Dahlan Lukman menceritakan tingkah-lakunya Nunung Nurul Ihsan mengajak orang-orang untuk mengikuti pengajian sesat ingkarusunnah tsb. Dan pak Dahlan Lukman sudah mengingatkan Nunung Nurul Ihsan akan bahayanya pekerjaan yang ia lakukan tersebut.
6. Kelompok ingkar sunnah meminta bantuan pada pak Syafruddin Prawira Negara, Untuk menghadapi penulis. Karena ada surat dan didatangani oleh Sdr. Umar Khatib di rumah pak Syafruddin Prawiranegara, maka pada tgl 2 Mei 1987, Pak Syafruddin memanggil penulis di kantornya, membicarakan masalah ingkarusunnah dan kaki tangan ingkarusunnah.
Setelah penulis menjelaskan hal tersebut kepada pak Syafruddin, akhirnya mengetahui duduk persoalan dan mengirim surat balasan, tertanggal 12 Mei 1987 kepada Sdr. Umar Khatib sekertaris YPI Al-Ghuraba, Rawamangun. Menganjurkan Sdr. Umar Khatib mengundurkan diri menjadi sekertaris YPI Al-Ghuraba.
Akhir dari suratnya itu pak Syafruddin Prawiranegara mengatakan : " saya tidak dapat menegak sdr. menganut aliran Ingkar Sunnah, tetapi yang semua Muslim ahli Ahli Qur'an dan Sunnah tidak dapat menerima, ialah sdr. (turut menyebarkan aliran itu yang terang-terang berlawanan dengan Sunnah Nabi SAW. Seperti antara lain dapat dibaca dari buku kecil sdr. Amin Djamaluddin mengenai "Bahaya Ingkar Sunnah ").
Dengan adanya surat pak Syafruddin Prawiranegara ini, maka kelompok aliran sesat Ingkar Sunnah sudah kehabisan akal dan tidak punya daya lagi untuk menghadapi penulis.-
SIKAP PAK NATSIR SEWAKTU PENULIS MENGHADAPI ALIRAN AHMADIYAH.
Kalau ada waktu senggang, baik di kantornya Jln.Cikini Raya, di rumahnya maupun dikantor beliau Masjid Al Furqan Kramat Raya 45, banyak menyinggung masalah aliran sesat Ahmadiyah.
Beliau banyak menyinggung masalah Ahmadiyah berdasarkan buku :GERAKAN PENGRUSAK ; QADIYANIAH Oleh : Abu Hasan An Nadwi, Abul A'la Al Maududi, Muh.Hudr Hussein, diterbitkan oleh : Ikatan Dunia Islam di Makkah Saudi Arabia Syawal 1392/ 28 Nopember 1972., dan juga kitab-kitab asli Ahmadiyah warisan dari A. Hassan Bandung dan buku-buku tersebut diwariskan pada penulis, yang merupakan permata yang sangat bernilai serta tidak bisa dihargai dengan materi apapun juga.
Dalam pembicaraan pak Natsir dengan penulis, beliau banyak mengutip dari pendapatnya DR. Muhammad Iqbal ( yang memang sekampung dengan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabinya orang Ahmadiyah ).
DR. Muhammad Iqbal mengatakan a.l.:
1. "Sesungguhnya Qadiyanisme ( Ahmadiyah,pen.) gerakan penentang Nabi Muhammad SAW. Dan komplotan penentang Islam, bahwa Qadianisme adalah ummat yang berdiri sendiri bukan bagian dari Ummat Islam"
2. "Qadianisme satu organisasi yang beruhasa untuk meniptakan golongan baru berdasarkan kenabian, ( Mirza Ghulam Ahmad,pen.)untuk menyaingi kenabian Muhammad SAW.
3. Dalam balasan risalah mendiang Pandit Jawaharlah Nehru, Perdana Menteri Hindia menanyakan : " Mengapa ummat Islam mendesak untuk dipisahkan Qadianisme dari Islam, sedangkan qadianisme salah satu sekte islam yang banyak pengikutnya, maka dijawab oleh Iqbal : Sesungguhnya Qadianisme akan menarik ummat Muhammad SAW. Dan mendirikan ummat baru bagi seorang nabi Hindia."
4. Dr. Muhammad Iqbal menulis dalam risalahnya yang dimuat dalam surat kabar "STATEMEN " sbb : Aqiedah dan keyakinan bahwa Muhammad SAW nabi terakhir adalah sebagai pemisah (line of demarcation) antara agama Islam disatu pihak dan agama diluar Islam dipihak lain"..........
5. Dari line of demokration ini manusia dapat menentukan mana golongan Islam dan bukan Islam. Saya belum mendapatkan dalam sejarah golongan Islam yang berani melampaui garis pemisah ini. Sebagai Bahaisme di Iran mengingkari aqiedah telah berakhirnya kenabian, tapi Bahaisme dengan tegas menerangkan bahwa Bahaisme berdiri sendiri bukan termasuk agama Islam,-
6. Kami yakin bahwa Islam itu agama yang diwahyukan Allah tetapi wujudnya Islam sebagai masyarakat dalam ummat tergantung pada pribadi Muhammad SAW.. Maka tidak ada pilihan lain bagi Qadianisme kecuali memilih salah satu diantara alternatif, berdiri sendiri sebagai sekte Bahaisme atau menyingkirkan tafsiran mereka yang melampau batas akhir kenabian dalam Islam,-......
7. Berkata Muhammad Iqbal :" semua kaum diluar Islam yang mempunyai kepercayaan kepada suatu nabi baru setelah nabi Muhammad dan mengkafirkan seluruh kaum muslimin yng tidak mempercayainya dengan kenabian baru tersebut, maka bagi ummat Islam harus memandangnya sebagai bahaya besar atas keselamatan Islam, ...........
Beberapa peringatan dari DR. Muhammad Iqbal yang selalu disampaikan oleh pak Natsir yang dikutip di atas yang selalu penulis pegang teguh sehingga selalu berjuang untuk melarang Ahmadiyah di Indonesia dari tahun 1988 sampai hari ini.
Pada waktu ramainya Ahmadiyah memperingati maulud Nabi Mirza yang ke 100 di Parung Bogor, yang akhirnya kampus Ahmadiyah Al Mubarak tempat acara peringatan tersebut diserbu oleh Umat Islam Parung sehingga gedungnya rusak dan acara peringatannya dibubarkan paksa oleh masyarakat wartawan majalah Tempo meminta wawancara dengan Pak Natsir tentang masalah Ahmadiyah dan Pak Natsir menyanggupinya, tetapi setelah wartawan majalah Tempo datang ke ruangan Pak Natsir, maka penulis disuruh wawanara dengan wartawan majalah Tempo. Dan dimuat, kemudian berita Tempo tersebut ditanggapi oleh pihak Ahmadiyah tentang kedatangan nabi sampai hari kiamat maka majalah Tempo menjawabnya dengan sebuah karikatur, "Yang tetap turun sih , air hujan ....."sambil memuat gambar nabinya orang Ahmadiyah yang diikat kaki tangan, dan badannya, kemudian diturunkan dari atas.
Begitu juga masalah Syi'ah pak Natsir sangat cepat tanggap sehingga semua buku –buku Syi'ah yang beredar di Indonesia saat itu disuruh teliti dan dijawab oleh Tiem Ghazwul Fikri Dewan Dakwah, sehingga keluar dua buah brosur : SIAPA ABDULLAH BIN SABA, menanggapi buku berjudul : Abdullah bin Saba' Benih Perpecahan Ummat yang ditulis oleh M.Hashem, diterbitkan oleh Yapi Bandar Lampung, dan Brosur berjudul : APA YANG DINAMAKAN WILAYATUL FAQIH.-
Kalau ada masalah harus segera menyelesaikan masalah, bukan menampung masalah.
Setelah pak Natsir sakit dan tidak lagi kuat untuk masuk kantor, ada masalah yang terjadi di aula Kramat 45, yaitu antara lain :
- diaula lantai dua masjid Al Furqan sering terjadi acara perkawinan yang di beri hijab antara kaum wanita dan laki-laki
- berkembang berita bahwa anak-anak muda yang diajarkan oleh Ghazwul Fikri Dewan Dakwah sudah berani menyatakan setan kepada orang tuanya.
(Allahuyarham) pak Yunan Nasution datang ke pak Natsir melaporkan hal tersebut, mendengar lapran dari pak Yunan tersebut, maka pak natsir memerintahkan kepada pak Yunan, "kalau ada masalah harus segera diselesaikan, dan jangan menampung masalah. Panggil dan kumpulkan anak-anak Tim Ghawzul Fikri dengan segera, jangan ditunda-tunda"
Maka (Allahuyarham) pak Anwar haryono dan (Allahuyarham) Yunan Nasution mengumpulkan kami dari Tim Ghawzul Fikri (Ust. Suhada Bahri, Ust. Muzaiyyin, Ust Dahlan Basri, Ust. Hafidz, Ust. Kamaluddin Iskandar Ishak dan penulis sendiri)
Selama dua hari kami "diadili" dikramat 45. Rupanya Pak Yunan Nasution pernah dilapori oleh orang tua anak-anak yang diajar pak Suhada terutama yang sudah berani mengatakan setan kepada orang tuanya. Setalah penulis betanya duduk persoalan tsb, kepada pak Yunan,ternyata duduk persoalannya anak-anak muda yang yang diajar oleh ust. Suhada sudah berani melarang orang tua makan dan minum dengan tangan kiri , karena sesungguhnya setan itu makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya. Jadi jangan makan dan minum dengan tangan kiri karena itu adalah perbuatan setan. Penulis langsung jawab pada pak Yunan: itu hadist Nabi pak yang mengatakan demikian jadi pak Syuhada itu mengajarkan hadist Nabi Muhammad SAW.
Kemudian diakhir dari hari "pengadilan" tersebut ,pak Anwar Hayono membacakan kesimpulan sebagai Hakim terhadap para terdakwah : " Keputusan sidang untuk para pemakai Aula masjid Al Furqan yang mau memakai (menggunakan) hijab tidak boleh dan bukan-bukaan aurat juga tidak boleh."
Mendengar keputusan hakimtersebut demikian , langsung penulis angkat tangan pada pak Anwar , Pak , bapak memutuskan bahwa yang memakai hijab ( pembatas ) antara tamu laki-laki dan tamu perempuan tidak boleh dan yang buku-bukaan aurat juga tidak boleh. Saya bertanya : bapak sudah memutuskan bahwa yang memakai hijab tidak boleh dan yang buka-bukaanjuga tidak, berarti bapak sudah memutuskan bahwa yang buka-bukaan aurat sama hukumnya dengan mamakai hijab, saya minta dalilnya pak. Sehingga pak Anwar Haryono kalang kabut dan tidak bisa menjawabnya pada saat
KRAMAT 45 MARKAS POLITIK DAN PERJUANGAN UMMAT ISLAM.
Tahun 1992, penulis mengantarkan dua mahasiswa dari pesantren Al Qalam yang akan belajar di Universitas Madinah, Saudi Arabia untuk meminta tanda tangan rekomendasi dari pak Natsir. Sebelum rekomendasi ditandatangani oleh pak Natsir, beliau bertanya kepada kedua mahasiswa itu : "Apa tujuan saudara belajar di Timur Tengah?" dijawab oleh salah satu mahasiswa tersebut : "untuk menuntut ilmu pak" mendengar jawaban dari mahasiswa tersebut, pak Natsir langsung bertanya : Kok begitu jawabannya Sdr. Amin?" penulis agak kaget juga pertanyaan pak Natsir itu dan langsung penulis menjawab :. "Insya Allah untuk berjuang pak." Lantas pak Natsir menasehati dua mahasiswa tersebut dengan nasihat : "Berapa banyak mahasiswa yang dikirim oleh Dewan Dakwah ke Timur Tengah, tatkala mau berangkat meminta rekomendasi dari Dewan Dakwah. Giliran pulang dari Timur Tengah, la salam wala Kalam pada Dewan Dakwah. Ingat Sdr. Amin, bahwa Dewan Dakwah itu adalah markas politik dan perjuangan umat Islam Indonesia yang tidak boleh saudara tinggalkan." Penulis menjawab : "Insya Allah pak, saya ingat. Dan pesan pak Natsitr ini juga selalu penulis ingat bahwa Dewan Dakwah sebagai markas pejuang-politik dan perjuangan ummat Islam Indonesia.
Alhamdulillah pesan pak Natsir mengenai bahaya Ahmadiyah tersebut sudah disambut oleh seluruh ummat Islam hari ini, baik para ulama, Habaib, para politisi Islam, pimpinan ormas Islam, Pimpinan Pondok Pesantren, majelis ta'lim dllnya.
Dan pertanyaan lebih lanjut : "apakah Pemerintah RI. masih tetap menutup telinga, hati serta pikiran jernihnya untuk mengabulkan permintaan dari Ummat Islam Indonesia untuk melarang Ahmadiyah atau memproklamirkan agama baru ( agama Ahmadiyah atau apapun namanya ) seperti yang diperingatkan oleh tokoh Islam DR. Muhammad Iqbal serta Dr. M. Natsir yang saat ini disambut gegap gempita oleh jutaan tokoh dan Pemimpin Islam ?
Apa penilaian pak Natsir terhadap penulis sehingga pak Natsir banyak membicarakan masalah Ahmadiyah kepada penulis dan mewariskan buku-buku asli tentang Ahmadiyah yang beliau miliki kepada penulis, sampai pak Natsir menceritakan bagaimana tuan A. Hassan mendapatkan buku-buku asli tentang Ahmadiyah kepada penulis yaitu suatu waktu Presiden Soekarno berkunjung ke Jawa Timur yang diikuti oleh Duta Besar Negara sahabat termasuk Duta Besar India. Sewaktu kunjungan ke Jawa Timur itu Presiden Soekarno berkunjung ke rumah A.Hassan Bangil dengan rombongan para Duta Besar Negara sahabat tersebut. Setelah sampai di rumah A. Hassan Presiden Soekarno bertanya kepada A.Hassan : Tuan Hasan perlu apa pada saya ? Tuan Hassan menjawab : saya minta Duta Besar India bermalam di rumah saya. Kemudian Presiden Soekarno menyuruh Duta besar India bermalam di rumah A. Hassan. Disaat Duta besar India itu bermalam di rumah A.Hassan, A. Hasan berbicara dengan Duta Besar India tentang Ahmadiyah dan buku-buku tentang Ahmadiyah. Kemudian A.Hassan mencatatkan buku-buku Ahmadiyah yang beliau perlukan. Begitu bertemu dengan Presiden Soekarno besoknya A.Hassan berkata kepada Presiden Soekarno : Tuan Soekarno saya perlu buku-buku ini pada tuan. Catatan buku-buku yang sudah dicatat oleh A. Hassan tersebut diambil oleh Soekarno dan Soekarno langsung meminta kepada Duta Besar India mencarikan buku-buku yang diperlukan oleh A.Hasan dan menyuruh Duta Besar India untuk pulang ke Negaranya untuk membeli /mencari buku tersebut. Maka dapatlah A.Hassan mendapatkan buku asli Ahmadiyah tersebut. A.Hasan wariskan kepada pak Natsir, pak Natsir wariskan pada penulis dan alhamdulillah buku-buku tersebut yang dijadikan rujukan bagi penulis untuk menghadapi Ahmadiyah. Allah Yang Maha mengetahui isi hati pak Natsir. Mengapa buku-buku tersebut pak Natsir wariskan kepada penulis. Bagi penulis segala nasehat, pesan-pesan dari pak Natsir selalu penulis ingat dan laksanakan selama hayat masih dikandung badan.- ( koran-koran, majalah kegiatan penulis dari tahuin1988 – 2008 ada arsipnya pada penulis ).
Dengan bermodalkan kepercayaan dan nasehat dari pak Natsir, penulis bangkit menghadapi Ahmadiyah sejak tahun 1988 yang lalu , mengkordinir ummat Islam di Parung Bogor, Pusat ( markasnya ) Ahmadiyah Indonesia, dan sudah menulis tiga buku menjelaskan bahayanya Ahmadiyah,
1. Ahmadiyah dan Pembajakan Al Qur'an,
2. Ahmadiyah Menodai Islam,
3. Kebohongan Publik Terbaru Ahmadiyah. Alhamdulillah dengan banyak beredarnya tiga buku tersebut akhirnya ummat Islam faham tentang bahayanya Ahmadiyah bagi Agama Islam dan sampai hari ini masih tetap berjuang merapatkan barisan ummat Islam Indonesia untuk pembubaran/Pelarangan Ahmadiyah.- ( koran-koran, majalah-majalah yang memuat kegiatan penulis baik waktu menghadapi aliran sesat Liberalisme, Sekularisme, Pluralisme Prof. DR. Harun Nasution, Prof.DR. Noor Kholish Madjid, memberantas aliran Sesat Ingkar Sunnah, memberantas Aliran sesat Ahmadiyah dari tahun 1983 sampai dengan hari ini ada arsipnya pada penulis).-
Wassalam, Jakarta, 1 Juli 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar