Senin, 13 Juli 2015

Aneh, Ada Orang Ahmadiyah Tidak Mau Meyakini Tadzkirah Sebagai Kitab Suci Mereka

Aneh, Ada Orang Ahmadiyah Tidak Mau Meyakini Tadzkirah
Sebagai Kitab Suci Mereka

 Di dalam sebuah buku yang berjudul “Bukan Sekedar Hitam Putih; Kontroversi Pemahaman Ahmadiyah,” oleh M.A. Suryaman cet. 1 Januari 2006 xxx + 236 halaman, 20.5 x 14.5 cm ISBN: 979-25-4100-4  yang diterbitkan oleh Azzahra Publishing CV Azzahra Multimedia Jl. Daan Mogot Km 21 P.O. Box 442 Tangerang 15001, Indonesia Telp. 021-3011868 Fax. 021-5531816 e-mail: publishing@azzahra.co.id, penulis menyantumkan kata sambutan dari  Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Indonesia H. Abdul Basit dan diberi kata pengantar oleh M. Dawam Rahardjo dengan judul, Gerakan Ahmadiyah Dalam Krisis, penulis di halaman 61 mencantumkan sebuah judul tulisannya dengan judul, “Masalah Pembajakan Al-Qur’an dan Kitab Tadzkirah,” mengatakan, “Tuduhan bahwa Jemaat Ahmadiyah telah melakukan pembajakan Al-Qur’an adalah sebuah tuduhan yang mengada-ada dan jelas tanpa bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. Tuduhan itu didasarkan pada perkataan bahwa orang Ahmadiyah mempunyai kitab suci sendiri yang bernama Tadzkirah. Tidak diragukan lagi bagi Jemaat Ahmadiyah bahwa tidak ada kitab suci lain kecuali Al-Qur’an, dan nama Tadzkirah yang disebut-sebut sebagai kitab suci baru muncul sekitar tahun 1992 ketika salah seorang penulis buku yang terbit di Indonesia yaitu M. Amin Djamaluddin mengarang buku berjudul “Ahmadiyah & Pembajakan Al-Qur’an. Jadi, istilah kitab suci yang melekat pada bukuTadzkirah memang diciptakan oleh M. Amin Djamaluddin, bukan oleh Jemaat Ahmadiyah. Di dalam literatur-literatur Ahmadiyah apa pun, sejak masa hidup Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. (1835-1908) sampai dengan hari ini, tidak pernah ditemukan istilah kitab suci untuk Tadzkirah.”  (silahkan baca buku karangan M. Amin Djamaluddin, Ahmadiyah & Pembajakan Al Qur’an, (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam, 2002).

Jawaban:
            Aneh memang. Apakah penulis belum pernah membaca kitab Tadzkirah? Di dalamnya dengan jelas tercantum tulisan,
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسوله محمد وآله وأصحابه أجمعين
تذكرة
يعني
وحي مقدس
رؤيا وكشوف حضرة مسيح موعود عليه الصلاة والسلام
“Bismillahirrahmanirrahim, alhamdulillah rabbil alamin wash shalatu was salamu ‘ala rasulihi muhammadin wa alihi wa ashhabihi ajmain, tadzkirah ya’ni wahyun muqaddasun, ru’ya wa kusyuf hadhrat masih mau’ud alaihish shalatu was salam.”
Artinya, “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam atas utusan-Nya Muhammad, keluarga dan para sahabat semuanya. TADZKIRAH, yaitu wahyu yang suci, berisi mimpi-mimpi dan kusyuf (vision) Hadhrat Masih Mau’ud alaihis salam.”
            Kalau bukan kitab suci, mengapa dituliskan kalimat, “wahyun muqaddasun?” yang artinya, “wahyu yang suci?” Ucapan penulis benar-benar racun yang terlihat seperti susu. Saya khawatir, saudara-saudara saya yang awam akan masuk ke dalam aliran sesat Ahmadiyah karena ucapan penulis buku ini. Padahal si penulis Tadzkirah saja, yaitu Mirza Ghulam Ahmad telah jelas-jelas mencantumkan wahyu palsunya di dalam bukunya itu yang berbunyi,
إنا أنزلناه قريبا من القاديان وبالحق أنزلناه وبالحق نزل صدق الله ورسوله وكان أمر الله مفعولا
“Sesungguhnya Kami (Allah SWT) telah menurunkannya (Tadzkirah) dekat di Qadiyan. Dengan haqlah Kami menurunkannya dan dengan haq pula Tadzkirah turun. Maha Benar Allah dan Rasul-Nya dan urusan Allah itu pasti akan terjadi.”
            Mirza Ghulam Ahmad meniru gaya bahasa Al-Qur`an untuk Tadzkirahnya. Tujuannya agar susunannya mirip dengan Al-Qur`an dan gaya bahasa ayat Tadzkirah ini jelas-jelas meniru dan membajak Al-Qur`an. Eh….sekarang ada pengikutnya yang tidak mengakui kitab Tadzkirah sebagai kitab suci Ahmadiyah dan justru mengaku-aku bahwa Al-Qur`an tetap sebagai kitab suci jemaat Ahmadiyah. Kalau begitu, untuk apa si Nabi Palsu membuat Tadzkirah kalau bukan untuk dijadikan sebagai pedoman para pengikutnya? Kalau mengaku Al-Qur`an sebagai kitab suci, seharusnya seluruh jemaat Ahmadiyah bertaubat dan tinggalkan jauh-jauh ajaran sesat Ahmadiyah. Karena Al-Qur`an hanya diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan bukan kepada Mirza Ghulam Ahmad. Mirza Ghulam Ahmad bukan nabi atau utusan Allah SWT. Matinya saja di dalam WC karena kutukan dari Allah SWT, setelah dia mengajak bermubahalah dengan seorang ulamaIndia yang bernama Syaikh Abul Wafa.

Isi Tadzkirah
Keterangan
إنا أنزلناه قريبا من القاديان
Membajak surah Al-Qadar [97]:1
وبالحق أنزلناه وبالحق نزل
Membajak surah Al-Isra [17]:105
وكان أمر الله مفعولا
Membajak surah An-Nisa [04]:47

            Kemudian penulis juga mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW telah membajak isi kitab-kitab sebelum Al-Qur`an, seperti Taurat, Injil dan Zabur. Ucapan ini jelas-jelas tidak benar, karena Al-Qur`an bukan membajak isi kitab-kitab terdahulu, tetapi mencantumkannya kembali sebagai kisah yang telah terjadi di zaman dahulu agar dijadikan sebagai pelajaran bagi kaum muslimin. Hal ini juga terjadi dikarenakan Al-Qur`an sebagai pemberi tahu atas kejadian di masa lampau. Karena kalau Al-Qur`an bukan dari Allah SWT, tentu pemberitaannya akan bohong. Ternyata setelah dikonfirmasikan kepada orang-orang Yahudi dan Nashrani, ternyata mereka pun tidak bisa membantah kebenaran pemberitaan Al-Qur`an ini bahwa kisah-kisah yang mereka ketahui selama ini sama persis dengan kisah yang telah dijelaskan di dalam Al-Qur`an, bahkan ditambahkan dengan kejadian-kejadian yang selama ini mereka sembunyikan kebenarannya.
Kalau ada seorang ustadz atau penceramah yang mengutip Al-Qur`an, itu bukan membajak namanya. Karena para penceramah tetap mencantumkan rujukannya. Misalnya mengutip sebuah firman Allah SWT, dan di akhir kalimatnya mereka mengatakan bahwa firman Allah SWT ini tercantum di dalam surah Thaha [20]:5 misalnya. Berbeda dengan Mirza Ghulam Ahmad. Dia mencantumkan kutipan Al-Qur`an dari surah A dan dirangkaikan dengan ayat dari surah B dan kemudian diklaim sebagai wahyu! Ini yang disebut pembajakan!   
Untuk lebih lengkapnya, silahkan baca saja buku M. Amin Djamaluddin pimpinan LPPI Jakarta (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) yang berjudul, “Ahmadiyah dan Pembajakan Al-Qur`an.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar